Minggu, 29 Juni 2008

Buaya pun Menjilati Kakiku

Jika dipikir-pikir, akan sulit untuk dilakukan, ketika buaya harus berlaku jinak dengan manusia. Hm... tapi mungkin ini hanya sebuah metafor yang kubuat untuk menceritakan bagaimana ketika aku merasa dapat membuktikan dan memberi pelajaran berharga untuk orang lain, dan khususnya untuk diriku sendiri.

Aku bukan lagi manusia bodoh yang dapat ditipu. Bukan lagi seorang anak kecil yang tak tahu menahu harus berkata apa tentang keadilan. Sebuah keadilan yang sangat jarang untuk dapat diungkapkan dengan mudah. Penuh perjuangan, penuh tak tik, penuh intrik, dan ada kalanya seorang yang menjunjung tinggi keadilan harus mengorbankan sesuatu yang ia sayangi, walaupun menyakitkan.

Hm.....
Begitu juga denganku, aku rela kehilangan kepercayaan dari teman dekatku, yang menurutku memang sudah kronis. Ia perlu belajar dari kesalahannya sendiri. Ia perlu tahu di mana batas kesalahan yang ia buat untuk mengerti bagaimana perasaan orang lain. Namun apa yang ia lakukan? Denial dan Manipulatifnya masih terlalu besar untuk diturunkan derajatnya. Aku balik yang diserang... Aku balik yang dikatakan manipulatif dengan menggunakan intrik syndrom hero yang ia katakan ada padaku.
Hm...
Syndrom Hero? Aku tak mengerti syndrom yang seperti apakah yang ia artikan sebagai syndrom hero. Aku hanya bisa tertawa dalam menanggapi rengekannya di SMS yang saling kami kirimkan. Berharap aku akan mudah untuk ia taklukkan dengan segala manipulasinya. Ups... Maaf... Aku bukan Tyas yang dulu lagi.... atau aku bukan Sarce yang dulu lagi.... Kalau dia memanggilku Sarce....
Sarce yang ia kenal sekarang, adalah Sarce yang selalu sensitif dengan keganjilan. Sarce yang selalu reaktif ketika ada perlakuan aktif namun ceroboh. Hm... Mungkin aku tidak sepenuhnya sempurna dari perlakuan yang aku perbuat. Namun ketika aku tidak sempurna, aku sadar, ketidaksempurnaan yang mana yang bisa merugikan orang lain, dan aku mengantisipasinya.

Aku memang bukan keluarganya, bukan Mamaknya, bukan Bapaknya, bukan Pacarnya, dan bukan pula Konsultannya. Aku hanya seorang teman yang bereaksi ketika ada teman lain yang membutuhkan bantuan secara tersirat. Walaupun aku tahu, ia bisa membantu dirinya sendiri. Aku tahu, ia sangat pandai. Saking pandainya, sikap manipulatif yang ia lakukan pun makin lama makin kronis.... Aku hanya ingin, cukup!!! Cukup aku saja yang merasa rugi atas sikapnya. Jangan orang lain. Itu saja. Aku hanya ingin ia berubah.

Namun... Sepertinya badannya yang bebal tidak mengindahkan perkataanku. Justru balik mencercaku. Sebagai seorang yang berkepala batu, dll, yang nantinya akan merugikan kekasihku sendiri. Oh Tuhan..... Aku selalu meminta bantuan-Mu untuk menyadarkan aku, bagaimana aku bersikap terhadap orang lain. Dan untungnya aku selalu sadar ketika aku mulai merugikan orang lain. Namun sayangnya pula, aku menjadi terlalu tinggi 'self-blamming'-nya, sehingga aku harus rela mengorbankan sedikit waktuku untuk merenung karna kesalahan yang aku buat.

Hehehehe........
Dan aku berani bilang, bahwa Sang Buaya yang tadinya memberontak ketika kuikat moncongnya dengan tali, sekarang pun mulai menjilati kakiku untuk meminta maaf atas kesalahan yang ia buat. Tentang gigitannya yang sempat menyakitkan hatiku.

Dalam peristiwa ini, aku pun jadi sadar, bahwa sifat emosionalku tidak selamanya menyebabkan hal buruk terhadapku. Bahkan mungkin bisa menjadi alat untuk menyadarkan orang lain dari kesalahan terbesarnya. Walaupun aku harus berani pula mengambil resiko untuk kehilangan seseorang. That's My Choice.... ^_^
Namun aku pun juga harus menjaga agar sikap emosionalku menjadi sesuatu yang bermanfaat, bukan lagi sesuatu yang merugikan diriku.

Hm.........
Indahnya Dunia-ku T_T

Mahasiswa Bermasalah??! Seperti apa definisinya??

Aku menulis blogs ini ketika pagi hari menjelang aku bertemu dengan Sang Harimau Kelaparan.... kira-kira pukul 05.00 aku menuliskan blogs ini.

Aku berada dalam sebuah keadaan yang membuatku merasa terhimpit dalam kekesalan, dan tak mungkin lagi terbendung. Aku meluapkan tangisanku tengah malam ini. Aku lelah... ketika terus menerus merasakan ketidakadilan. ...

Psikologi Manajemen... .
Entah bagaimana aku harus mengungkapkan, bahwa aku amat sangat terpukul ketika harus mengulang mata kuliah ini yang ke-4 kalinya di semester 10. Aku selalu dianggap gagal untuk melewati mata kuliah yang satu ini. Padahal aku merasa bahwa aku selalu taat aturan. Aku tidak pernah sedikitpun melawan komitmen dan kontrak belajar yang pernah disepakati bersama dengan dosen. Hm.... Sebuah pengalaman yang menurutku paling pahit selama 3 semester berturut-turut. Bayangkan!! 3 Semester berada pada kelas yang sama!! Hufh... Sungguh, aku lelah. Aku dianggap bodoh. Aku dianggap sebagai seorang mahasiswa yang bermasalah. Aku dianggap SAMA dengan mahasiswa lain yang tingkah lakunya lebih 'unorganized' daripada aku. Aku dianggap tidak pantas lulus dari Fakultas Psikologi, hanya karena aksi protesku terhadap dosen.

Hm....
Sungguh... Apa yang salah dalam diriku? Apa yang salah dalam hidupku? Sehingga aku selalu terperosok dalam lubang yang sama, lubang yang di dalamnya bersarang seekor harimau lapar dan singa kesepian yang seolah-olah berlomba-lomba untuk menyantap dagingku, merobek-robek dadaku, mengkoyak isi perutku, menghisap darahku ketika haus, mempermainkan kelaminku untuk mempermalukanku di depan umum. Atau yang lebih parahnya lagi, mereka sungguh senang apabila berhasil menelanjangiku di hadapan orang lain. Sungguh senang apabila ketika aku malu di saat aku telanjang.

Harimau lapar.....
Dia sama sekali tidak menghargai pendapatku, bahkan tidak menerima ketika aku mengajukan protesku atas ketidakadilan yang terjadi, tidak menerima itikad baikku apabila aku mengajukan alternative jalan lain yang kutempuh, ketika satu jalan terputus. Hm... Apa pantas dia disebut sebagai Dosen? Apa pantas dia disebut sebagai Psikolog? Apa pantas dia disebut Dosen Psikologi? Dia menyebutku sebagai mahasiswa bermasalah, yang disamakan dengan sebutan dia kepada salah satu mahasiswa yang notabene lebih tua dariku, yang kelakuannya lebih amburadul dariku. Hm.... Analisis macam apa itu???!!! Kalau dia mengatasnamakan Psikologi sebagai suatu hal untuk mengerti seseorang, apakah bisa disebut dia sebagai seseorang yang mengerti orang lain?!

Singa Kesepian....
Entah di mana teman seperjuagannya. ... Ataukah dia butuh teman angkatan lama dan akhirnya merealisasikan keinginannya dengan cara mempertahankanku di kelasnya? Hm... Sungguh irrasional alasan yang terucap ketika aku tidak lulus pada mata kuliah itu. Entah, apa yang harus aku lakukan lagi untuk keluar dari 'dunia' yang ia buat. Sungguh sangat menyiksa, dan aku benar-benar muak! Muak dengan Singa Kesepian yang menolak keberangkatanku menuju gerbang kelulusan!!!
UFh.....

Mereka berdua menuntut mahasiswa di kelasnya untuk patuh terhadap peraturan. Aku mematuhinya. Aku menuruti peraturan dan kontrak belajar yang kita buat. Namun apa?! Ketika ada keganjilan yang terjadi, aku mengajukan protes, Sang Harimau terlebih dahulu menerkamku dan memberikan ancaman ketika aku melakukan itu. Sang Harimau yang di mata mahasiswa lain adalah seorang Harimau yang Cantik, Berwibawa, Anggun.... Huhm... Buatku itu tidak ada sama sekali pada dirinya.... Di mataku ia adalah seorang Harimau LICIK yang berkedok kecantikan.. ..


Huwah!!!!
Mungkin ini sangat subjektif dalam penilaianku. Tapi aku hanya mencoba untuk mengungkapkan isi hatiku, tentang kekesalanku terhadap ritme yang terjadi. Ritme yang sungguh membuatku ingin muntah!

Hari ini, jumat 27 Juni 2008 pukul 10.30 aku membuat jadwal untuk menemui Sang Harimau. Ia memintaku untuk datang memberikan klarifikasi tentang protesku kemarin. Tentang seorang mahasiswa yang dengan santainya tidak masuk dan tidak ada surat izin sakit selama lebih dari 3x pertemuan, kenapa ia bisa ikut UAS? Hm... Sepertinya aku harus sedia tameng untuk menahan semua peluru yang ia tembakkan (atau hujan buatan yang keluar dari mulutnya? , berarti aku hanya harus siap sedia payung donk.... )


Yup...... Aku harus siap dengan semuanya, dan harus fokus!!
Teman..... Tolong aku..... Aku sudah lelah dengan hal ini

Ingin rasanya aku cepat-cepat lulus dari Fakultas Psikologi kita tercinta dan membuktikan pada Sang Harimau Lapar itu, bahwa aku memang layak untuk menyandang gelar S.Psi secepatnya.. ...

Selasa, 24 Juni 2008

Percakapanku dengan Bun.....(Marbun Lho, bukan BuNnie... ^_^)

Ehm...Yang aku bisa tangkap dari percakapanku adalah..... "Besok2 kalo dia minta sesuatu ma lo.. lo udah tau kan apa yang jadi pertimbangan..."

Yah... hari ini adalah puncak di mana kekesalanku pada si bocah itu terjadi.... Mungkin awalnya begitu terlihat sempurna apa yang dia ucapkan... Alibi yang dia kecohkan kepadaku, dan aku mempercayainya... Namun belakangan... Aku mulai curiga ada yang tidak beres di sini.... Hm... sebuah kecurigaan yang pada akhirnya mendatangkan pemikiran negatif. Bagaimana bisa aku berkata bahwa dia jahat padaku? Bagaimana bisa aku mencurahkan isi hatiku tentangnya pada Bun? Hm... sesuatu yang sangat jarang terjadi...

Tapi bagiku, hal ini adalah wajar, ketika aku merasa begitu dikecewakan oleh seseorang yang aku percaya....
Unorganized.... Amburadul.... Selalu pandai untuk menjadikan segala hal sebagai alibinya... Waw... ck ck ck.... kepribadian macam apakah itu? Tidak baik untukku terlalu cepat memberikan judgement... Harus kutelaah dulu mengapa hal ini terjadi... apa motivasi di balik ini semua? Kenapa selalu berulang... Hm..... Okey.... ketika aku mendapatkan jawaban dari Bun... bahwa hidupnya penuh dengan drama...

Waw... it's so interesting!!! Tapi drama apakah yang terjadi? Haruskah ku tahu? Dan kenapa aku ingin tahu? Kalau kata Udin... jawabannya akan kutemukan sendiri... tanpa ada orang lain yang memberiku pengaruh..... Mungkin benar juga aku pasti akan tahu jawaban itu dengan sendirinya... tapi buat apa?! Untuk apa aku mencari jawaban itu? Sebegitu pentingkah untukku?


Oh tidak!!! Aku cukup merasa tersiksa dengan bertautannya hidupku dengannya.... Dia begitu seperti anak kecil yang sengaja mencari perhatian sana sini untuk hidupnya. Sedangkan aku? Aku hanya menjadi penonton dari drama yang ia buat.... Tanpa tau awal dan akhir dari drama itu.... Hm.... Sebegitu pedulikah aku dengannya? Untuk apa?! Yang jelas, aku sudah merasa terganggu ritme hidupku hari ini dengan adanya perlakuannya.... Perlukah aku bilang padanya? Mengucap sesuatu yang belum tentu dia mengerti? Dan akan menjadi tambah ruwet ketika aku berhadapan dengannya... Hanya karena alibi-alibi yang ia buat.... Hm... sungguh menantang... dan mungkin aku tertantang.... Tapi untuk apa aku merasa tertantang? Untuk hidupku kah?? Mungkin... Atau hanya untuk pelampiasan emosiku saja??


Kata Marbun... "Kalo gw sih, bakalan bilang.. masalahnya dia udah ngerepotin orang juga sih.. dan juga ngerepotin dirinya sendiri..." Memang benar.... aku harus meluangkan waktu untuk ngobrol dengannya.... Berbicara dari hati ke hati tentang apa yang sebenarnya terjadi.... Karena memang sudah bersinggungan dengan hidupku yang kata Marbun sama banyak masalahnya dengan 'someone cant be called his name'... Hm..... Mungkin aku akan melakukannya lain waktu... Ketika hatiku benar-benar adem... Ketika pikiranku benar-benar jernih untuk hal ini.... Dan aku akan mencobanya...... Kalau kata Marbun sih.... "lagian sarche gitu loh.. masa gini aja ga bisa" Sempat menjadi semangatku untuk lebih bisa dewasa dalam menyikapi permasalahan ini.... Okey Bun.... Let's try... And i've got the winner in this game.... Haha......




Senin, 16 Juni 2008

Sex, Gender and Spirituality.... That's Your Choice, Dude!!

Postingan ini bermaksud untuk mengajak kita berpikir, bagaimana kita menghargai dan mengormati setiap pilihan yang dilakukan orang lain. Kita tak mesti menghujat atau menghina masing-masing pilihan. Toh kita juga sama manusianya... Sama-sama memiliki kehendak bebas untuk berpikir, melakukan, dan konsekuen atas pilihannya.

Let's Check it Out!!


SEX DAN GENDER

Posted by: "leonardo rimba" leonardo_rimba@yahoo.com leonardo_rimba

Fri Jun 13, 2008 7:57 am (PDT)

SEX DAN GENDER

Friends, seorang rekan wanita saya, sebut saja bernama
Mbak K menulis tentang SEX DAN GENDER di milis SI
<http://groups. yahoo.com/ group/spiritual- indonesia>.
Komentar dari saya (L) ada di bagian bawahnya. (Leo)

+

K = Sex adalah jenis kelamin. Gender (penulisannya
sudah mulai di-indonesiakan menjadi jender) adalah
konstruksi sosial (politik, budaya, ekonomi, …
negara, agama, adat, pasar, globalisasi…. ) yang
dilekatkan kepada seseorang karena sex-nya atau jenis
kelaminnya. Gampangnya, peran yang dilekatkan oleh
masyarakat kepada seseorang karena jenis kelaminnya.

L = Ya, memang seperti itu pengertiannya.

K = Jenis kelamin: terberi, dari sononya, dari Tuhan,
berlaku universal, tidak berubah. Jender: bikinan
manusia, bukan dari Tuhan, tidak berlaku universal,
dapat berubah, pilihan.

L = Ya, that's true.

K = Dari sini bisa dibedakan juga antara kodrat
(terberi, dari sononya, dari Tuhan) dan bukan kodrat
(pilihan), yang di antara keduanya sering rancu dan
salah kaprah.

L = Iyalah, Indonesia ini negeri yang full of SALAH
KAPRAH. Segala macam di salah-kaprahkan, hmmm hmmm
hmmm...

K = KODRAT-PILIHAN adalah kodrat seorang manusia yang
jenis kelaminnya perempuan, memiliki VAGINA yang punya
potensi untuk kawin (proses pembuahan, senang2); RAHIM
yang berpotensi untuk mengandung; PAYUDARA (ukuran
se-tutup gelas atau se-melon, bukan isunya) yang
berpotensi untuk menyusui; SEL TELUR yang punya
potensi menjadi manusia baru ketika ketemu sperma;
proses MENSTRUASI saat sel telur gagal/tidak terjadi
pembuahan.

L = Memang ukuran payudara is NOT an issue for you and
for me, even though I also know that it is quite a big
issue for some people, hmmm hmmm hmmm...

K = Adalah kodrat seorang manusia yang berjenis
kelamin laki2 memiliki PENIS yang berpotensi untuk
kawin (ukurannya se-pipit atau se-garuda, bukan
isunya. Emang ada yang segagah itu? wheleh2….), SPERMA
yang potensial untuk jadi anak ketika ketemu sel
telur dan terjadi pembuahan.

L = Ukuran penis matters for some people yang
dibuktikan dengan larisnya Mak Erot dan para
penerusnya, hmmm hmmm hmmm...

K = Adalah pilihan buat perempuan untuk kawin atau
tidak kawin (apalagi menikah/tidak menikah);
mengandung/tidak mengandung; menyusui/tidak menyusui;
punya anak/tidak punya anak, punya anak dengan
mempertemukan sel telur dan sperma dengan cara kawin,
atau inseminasi, proses bayi tabung.

L = Ya, tapi Indonesia ini kan negeri yang full of
SALAH KAPRAH. Katanya semua wanita HARUS menikah, dan
HARUS punya anak. Kalau cuma kawin aja, dan tidak
menikah nanti Allah gimana gituh, hmmm hmmm hmmm...

K = Adalah pilihan buat laki2 untuk kawin/tidak kawin
atau menikah/tidak menikah; punya anak/tidak punya
anak, punya anak secara natural atau inseminasi
buatan.

L = Hmmm... kalau ini lebih umumlah. Laki2 itu umumnya
very easy buat kawin. Kawin aja, hmmm hmmm hmmm...
Kawin (fucking) is a natural process, in my opinion,
dan TIDAK memerlukan segala ridho dari kanan kiri yang
merupakan bentukan budaya doang dan TIDAK natural.
Yang natural is fucking thok. On the other hand,
inseminasi buatan for pria itu yang gimana yah ?

K = Dan rupanya Tuhan yang mahakreatif dan antik itu
suka juga menciptakan perkecualian2, yang lain dari
yang lain. ada manusia yang berkelamin ganda, ada
yang berkelamin laki2 tapi berorientasi perempuan
(waria), ada perempuan atau laki2 yang mandul (tidak
bersel telur, tidak bersperma), dsb.

Dan untuk itu, Tuhan yang siap berkomunikasi dengan
siapa saja dan maha demokratis itu juga siap untuk
diajak bernegosiasi. Dorce yang memutuskan untuk
operasi kelamin itu tentu telah melewati proses
komunikasi dan negosiasi sama Tuhan. Dan konsultasi
sama Gus Dur juga, sih (coba konsultasinya sama MUI,
pasti nggak bakalan jadi, karena dalam fatwanya, waria
adalah semacam manusia yang menyimpang yang harus
dibikin normal kembali).

L = Enak azzah MUI bikin fatwa tentang waria yang
musti dibikin "normal". Emangnya MUI itu waria, hmmm
hmmm hmmm...

K = Trus bagaimana dengan perempuan yang kawin sama
perempuan, laki2 yang kawin sama laki2? Lha,
kawin-tidak kawin saja pilihan masing2 manusia,
kawinnya dengan siapa tentu adalah pilihan “banget”
juga. Memilih kawin ada konsekuensinya. Tidak kawin
juga ada konsekuensinya. Kawinnya dengan siapa, ada
konsekuensinya masing2 pula. Setiap pilihan dalam
hidup ini selalu mengandung konsekuensi, bukan?

L = Ya, semua hal memiliki konsekwensi. Ada PILIHAN,
dan setiap pilihan memiliki KONSEKWENSI. Kalo sukanya
fucking sama sesama wanita, ya fucking aja, so what
gitu lho ! Kalo sukanya fucking sama sesama pria, ya
fucking aja. As long as alat2 cinta yang digunakan
merupakan milik dhewe, ya orang lain mbok ya nonton
azzah, itupun kalo diperbolehkan, hmmm hmmm hmmm...

K = SEX-GENDER: Seorang manusia yang berkelamin
perempuan, jendernya (konstruksi sosial yang
dilekatkan kepadanya) biasanya: lemah, tidak atau
kurang rasional, gampang menangis, suka memasak,
pintar merawat bayi, suka belanja, dsb.

L = Ya, itu kan STEREOTYPE doang. Secara sosial
dikonstruksikan seperti itu walaupun benernya BANYAK
juga wanita yang lebih kuat dari laki2, hmmm hmmm
hmmm...

K = Seorang manusia berkelamin laki2, jendernya
biasanya: kuat, rasional, pantang menangis, pantang
ke dapur, tidak ahli merawat bayi atau malah tabu,
bukan tukang belanja, dsb.

L = Ya, stereotype juga. Cappe deh !!

K = Padahal, setiap potensi yang tidak ada hubungannya
dengan kodrat, dapat muncul di kedua jenis kelamin.
tidak membedakan jenis kelamin. Ada laki2 yang lemah,
tidak rasional, cengeng, hobi masak, ahli merawat bayi
(apalagi kalo memang profesinya perawat), maniak
belanja. Begitu juga sebaliknya, ada perempuan yang
kuat, sangat rasional, jarang menangis, tidak suka
masak, tidak pengen merawat bayi, males belanja.

L = Ya, sedikit demi sedikit kita BELAJAR bahwa segala
stereotypes itu omong kosong. Konstruksi sosial dari
jaman jahilliyah yang, maybe, masih dipertahankan oleh
sekelompok aliran agama dan tradisi tapi sudah mulai
dibuang jauh2 oleh manusia2 yang ELING bahwa kita
sudah hidup di masa Post Modern.

K = Sex tidak bisa dipertukarkan karena memang sudah
dari sononya, gender (peran) bisa saling dipertukarkan
karena ini masalah pilihan, dan sangat bisa berubah
oleh perkembangan zaman.

L = That's what I have been saying sampe sekarang.
Kalo udah bosen MAEN PERAN sebagai wanita yang gimana
gituh, then you COULD change roles sebagai wanita yang
berbeda. Begitu pula dengan pria. Kalo biasanya di
atas, sekarang bisa di bawah. Kalo biasanya di bawah,
sekarang bisa di atas. So what gitu lho !

K = Bias jender: Sederhananya, perspektif yang tidak
melek jender, yang merancukan antara sex dan gender,
antara kodrat dan pilihan hidup. Contoh: pendapat/
pandangan yang meyakini bahwa laki2 adalah pencari
nafkah utama dan perempuan adalah ibu rumah tangga
(“yang baik”).

L = Ya, itu pengetian BIAS GENDER, pandangan yang BIAS
karena konstruksi sosial.

K = Pen-jender-an ini jelas merugikan kedua jenis
kelamin, baik perempuan maupun laki2. Suami yang tidak
bekerja (bukan karena malas, tapi karena
keterbatasannya) , atau berpenghasilan lebih sedikit
dari isterinya, menjadi sangat potensial untuk merasa
tertekan atau malu karena pandangan yang berkembang
di masyarakat hasil konstruksi sosial adalah bahwa
laki2 merupakan pencari nafkah utama. Bahkan yang
merasa malu bisa jadi bukan hanya si suami, melainkan
juga si isteri, mertuanya, … karena konstruksi sosial
yang kurang adil ini telah mengakar di setiap kepala.

L = Ya, biasalah. Masyarakat Indonesia MASIH memiliki
pandangan seperti itu which is pandangan only. Karena
pandangan, berarti BISA DIUBAH. Bisa diubah juga kalo
mau, hmmm hmmm hmmm...

K = Sebaliknya, seorang isteri, dulu, dituntut untuk
menjadi ibu rumah tangga yang baik, karena masalah
kebutuhan materi sudah dicukupi oleh sang suami yang
adalah pencari nafkah utama. Sesuai dengan
perkembangan zaman, juga seringkali karena masalah
tuntutan ekonomi, si isteri lalu bekerja juga,
berkarir juga. Masalahnya, tuntutan masyarakat, juga
si suami, seringkali tidak ikut berubah sesuai
perkembangan zaman. Jadinya, sang isteri yang juga
bekerja mencari nafkah, masih juga dituntut menjadi
ibu rumah tangga “yang baik”, harus berperan ganda,
mencari duit sekaligus mengurusi rumah tangga
sepenuhnya: memasak untuk keluarga, melayani suami dan
anak, …. Nah, begini ini yang disebut diskriminasi
jender.

L = Ya, itu contoh dari DISKRIMINASI JENDER yang,
biasanya menggunakan berbagai Belief Systems juga
untuk MEMAKSAKAN diri. Si istri harus dicekokkin bahwa
Allah mencintai wanita yang gimana gituh supaya
akhirnya si istri mau MENERIMA NASIB melayani
semuanya. Menjadi budak for all. Allah mencintai
wanita yang mau menghambakan dirinya kepada kaum pria,
blah blah blah... says the jahilliyah belief system
yang sadly to say masih dipake sampe sekarang.

K = Yang tidak diskriminatif adalah, jika kedua
suami-isteri memiliki dan menjalani konsep berbagi
yang adil, termasuk pekerjaan rumah tangga (kerja
domestik).

L = Ya, mereka yang TERCERAHKAN sudah mau
mempraktekkan hal itu. Mereka yang masih takut2 kalo
nanti Allah marah2, masih bertahan menggunakan the
primitive belief system yang mengatakan bahwa wanita
harus melayani semuanya, cappe dehh !!

K = Dulu ada istilah kesetaraan jender (gender
equality), istilah yang muncul belakangan: keadilan
jender (gender justice).

L = Gender Justice is part of JUSTICE FOR ALL.

K = Lalu, apa itu diskriminasi terhadap perempuan?
Diskriminasi terhadap perempuan adalah diskriminasi
terhadap sex perempuan, atas manusia yang berjenis
kelamin perempuan.

L = Sure, then ?

K = Memangnya tidak ada diskriminasi terhadap laki2?
Ada, tetapi sama sekali tidak separah yang terjadi
pada perempuan, karena sistem yang masih juga dominan
di dunia kita ini, di zaman ini; tidak di amerika,
tidak di indonesia, dalam kadar berbeda, adalah sistem
patriakal (patriach, patriarchist) . Sehingga
perjuangan perempuan untuk mendapatkan keadilan jauh
jauh lebih berat ketimbang laki2.

Dan meperjuangkan keadilan bagi perempuan adalah
perjuangan untuk umat manusia, untuk kesejahteraan
bersama, perempuan dan laki2, karena manusia dengan
jenis kelamin yang satu harus hidup bersama dengan
jenis kelamin yang lain di dunia ini. Sebuah
perjuangan kemanusiaan yang universal, baik untuk
manusia dengan seksualitas perempuan maupun manusia
dengan seksualitas laki2. Karena itu, saya percaya,
bahwa spiritualitas sangat berhubungan dengan
seksualitas!

L = Sure, nothing comes freely on a silver plate.
Selamat berjuang saudariku, merdeka !

Merdeka !

+++

[Leonardo Rimba adalah seorang praktisi Psikologi
Transpersonal. Bersama Audifax, Leo menulis buku
"Psikologi Tarot" (Pinus, Maret 2008). Diskusi dengan
Leo bisa dilakukan di Milis SI; to join just click:
<http://groups. yahoo.com/ group/spiritual- indonesia>.
Anybody is welcomed to join.]